Kerajinan adalah salah satu keunggulan daya tarik wisata
yang mampu mendukung Yogyakarta sebagai kota pariwisata . Berbagai
sumber potensi mengangkat citra kota yogyakarta , salah satunya adalah
sentra kerajinan , dengan berbagai macam kerajinan yang ada di kota
yogyakarta , maka pantaslah bahwa kota yogyakarta mendapat julukan
sebagai kota kerajinan.
Berbagai barang kerajinan tumbuh dengan pesat di kota yogyakarta.
Barang kerajinan yang mereka hasilkan ada yang di jual untuk wilayah
domestik , maupun mancanegara. Di dukung dengan banyaknya sumber bahan
baku dan keterampilan yang dimiliki , baik dari pengrajin bersekala
besar maupun pengrajin dalam skala kecil , berusaha menawarkan produk
terbaiknya pada konsumen , sehingga muncul persaingan antar mereka. Aneka macam kerajinan
yang ada di kota yogyakarta semakin tumbuh dan berkembang sesuai dengan
permintaan pasar . Seperti halnya kerajinan batik, yang sekarang ini
dikembangkan bukan hanya pada media kain, melainkan pada media kayu.
Dusun Krebet terletak cukup jauh dari kota, dengan jalan yang tidak
terlalu besar dan menanjak, karena daerah ini terletak didaerah
pegunungan. Perjalanan dari kota Yogyakarta memakan waktu -/+ 30 menit
dengan jarak tempuh sekitar 15 km. Untuk masuk ke daerah ini tidak sulit
karena jalannya sudah diaspal dengan baik. Batik kayu merupakan warisan budaya Yogyakarta.
Pelopor pengrajin Batik Kayu di Dusun Krebet adalaha Sanggar Peni yang
didirikan oleh bapak Kemiskidi pada tahun 1988 yang dibantu oleh
teman-teman dan juga kerabatnya.
Membatik diatas kayu sudah menjadi kepiawaian masyarakat Yogyakarta
tepatnya di Dusun krebet. Batik kayu yang mereka hasilkan juga sangat
beragam, mulai dari topeng, miniature binatang, miniature furniture
dan pernak-pernik hiasan lainya dengan dihiasi berbagai motif yang
sangat cantik dan menarik. Proses pembuatanya juga hampir sama dengan
membatik diatas kain, hanya saja medianya diganti menjadi kayu.
Jenis kayu yang digunakan juga sangat beragam dengan hasil yang
berbeda juga. Biasanya kayu yang sering digunakan sebagai bahan dasar
adalah kayu lunak seperti sengon, pule dan mahoni, karena hasil yang
didapatkan lebih bagus dan warnanya lebih indah daripada memakai bahan dasar kayu
yang keras seperti kayu jati. Kayu yang mereka gunakan juga hasil dari
hutan atau kebun dari daerah mereka sendiri, sehingga biaya produksi
yang mereka keluarkan juga bisa mereka pangkas untuk keperluan lainya.
Cara pembuatan Batik Kayu juga masih menggunakan metode tradisional
dengan alat-alat tradisional juga, sehingga hasil yang didapatkan sangat
naturalis dan sangat khas. Alat modern yang mereka gunakan hanya alat
pemotong kayu dan alat penghalus kayu. Desain dibuat sendiri oleh
pengerajin dan terdapat ratusan desain. Desain utama dari batik media
kayu ini adalah : Jlereng dan Kawang, serta desain Kembang, yang
motifnya divariasi atau di gabung-gabungkan. Motif khas Yogyakarta ialah
Jlereng dan Kawang, namun motif lainnya juga muncul dari kreasi
pengrajin sendiri maupun motif yang disesuaikan dengan permintaan pasar.
Untuk kerajinan batik kayu tersebut bahan bakunya di datangkan dari
daerah Banyumas berupa kerajinan bambu seperti produk keranjang dan
tirai , untuk daerah grebak , secang Magelang seperti botol dan tongkat
kayu , sedangkan dari Bantul produknya berupa mangkok dan barang-barang
bubut dan dari Wonosari patung berupa hewan-hewan . Untuk proses
membatik di awali dari pembuatan desain batik pada bahan bakunya .
Setelah proses desain pada bahan baku kayu dengan menggunakan pensil
kemudian menuju ke proses pembatikan menggunakan bahan baku malam.
Dalam penggunannya malam tersebut harus dalam keadaan cair. Caranya
dengan cara memanaskannya dalam wajan kecil atau biasa di sebut canting
di atas kompor kecil . Untuk proses pewarnaan batik kayu ini , bahan
yang digunakan adalah zat warna Naptol dan zat warna indogosol . Pada
saat proses pewarnaan
dengan mengunakan zat naptol tidak boleh terkena sinar matahari secara
langsung karena warna menjadi pudar , sebaliknya zat warna indogosol
membutuhkan sinar matahari untuk menimbulkan warnanya , kemudian untuk
menetapkan warnanya mengunakan larutan HCL dengan cara di celupkan ,
pemberian warna pada batik kayu ini tergantung pada beberapa kombinasi
warna yang diinginkan.
Untuk proses selanjutnya dilakukan pengeringan dengan di jemur
ditempat terbuka . kemudian dilanjutkan dalam proses pelorotan malam ,
yang mengunakan cairan HCL , soda kostik , TRO atau turkish red oil dan
soda Abu untuk menguatkan warna . bati kayu tersebut di cuci mengunakan
air tawar , sampai benar-benar bersih dari kotoran-kotoran dan larutan
HCL , yang selanjutnya di jemur kering angin .
finisihing pada kerajinan batik
kayu , mengunakan bahan aqua laker . sedangkan untuk bahan yang
fungsional seperti mangkok , piring atau sendok mengunakan bahan khusus
yang aman untuk kesehatan. Hasil kerajinan batik kayu ini , untuk
barang-barang yang memerlukan tambahan aksesoris , seperti figura atau
patung-patung dilengkapi dengan aksesoris kaca
atau cincin untuk mempercantik batik kayu tersebut. Kemudian kerajinan
itu dikemas dalam kardus , yang sebelumya diberi kertas rumput sebagai
pelindung agar aman dari gesekan , saat pengiriman barang . Harga barang
kerajinan batik kayu ini cukup berfariatif , mulai dari empat ribu
rupiah sampai kisaran dua ratus ribu rupiah.
Pemasaran
Batik Kayu dusun Krebet wilayah pemasaranya juga tidak hanya dalam negri saja seperti Bali, Bandung, Jakarta dan kota-kota lainya, namun pemasaranya juga sampai ke luar negeri seperti Asia, Eropa, bahkan Arab Saudi. Dengan begitu tidak menjadi kendala untuk memasarkan hasil batik mereka karena sudah bisa diterima oleh masyarakat global dan mereka juga sudah mempunyai pelanggan tetap para kolektor benda-benda seni.
Batik Kayu dusun Krebet wilayah pemasaranya juga tidak hanya dalam negri saja seperti Bali, Bandung, Jakarta dan kota-kota lainya, namun pemasaranya juga sampai ke luar negeri seperti Asia, Eropa, bahkan Arab Saudi. Dengan begitu tidak menjadi kendala untuk memasarkan hasil batik mereka karena sudah bisa diterima oleh masyarakat global dan mereka juga sudah mempunyai pelanggan tetap para kolektor benda-benda seni.
Adapun teknik pemasaranya, selain membuka toko (showroom) di dusun
Krebet, sanggar Sri Rejeki juga pernah mengikuti pameran di Bali, Pekan
Raya Jakarta, hingga Bantul Expo. Hasil produksinya jarang terserap
pasar lokal. Karena sistem harga pada pasar lokal sudah tidak sehat,
misalnya di Malioboro, persaingan bukan terjadi pada segmen “kualitas
barang”, akan tetapi pada faktor “harga”, sehingga harga produk
kerajinan makin lama makin terpuruk.
Untuk pasar lokal, Sanggar Sri Rejeki hanya memproduksi jika ada yang
memesan, seperti dari Bali, Jakarta, Bandung dan batam. Sedangkan untuk
ekspor, produk batik buatan Dewala ini sudah masuk ke Australia,
Amerika, Jepang, Belanda melalui perusahaan trading, sedangkan untuk
Kanada melalui seorang turis yang datang sendiri ke workshop Sri Rejeki,
yang kemudian memesan dan menjualnya di Kanada.
Ada juga pengrajin yang menerapkan Pemasaran hasil kerajinan batik
kayu ini dengan sistem konsinyasi atau menitipkan barang pada
counter-counter di mall-mall di daerah Yogyakarta , untuk pengembangan
pemasaranya sudah sampai manca negara , itu terbukti dengan adanya buyer
tetap yang sudah menembus pasar internasional , meliputi negara Jepang , Spanyol , Amerika dan beberapa negara Asia.
Kemasyarakatan dan Perekonomian
Batik kayu sudah menjadi icon tersendiri dusun krebet, disini banyak berdiri sanggar atau galeri batik dengan berbagai karakteristik dan ciri khas yang berbeda satu sama lain. Contohnya seperti Sanggar Peni milik bapak Kemiskidi dan Sanggar Punokawan milik bapak Anton wahono. Hasil batik yang mereka hasilkan akan sangat berbeda, baik motif maupun bentuk-bentuknya. Batik kayu juga sudah menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat di Dusun Krebet, sebagian besar dari mereka hidup menggantungkan diri dari kerajinan Batik Kayu.
Batik kayu sudah menjadi icon tersendiri dusun krebet, disini banyak berdiri sanggar atau galeri batik dengan berbagai karakteristik dan ciri khas yang berbeda satu sama lain. Contohnya seperti Sanggar Peni milik bapak Kemiskidi dan Sanggar Punokawan milik bapak Anton wahono. Hasil batik yang mereka hasilkan akan sangat berbeda, baik motif maupun bentuk-bentuknya. Batik kayu juga sudah menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat di Dusun Krebet, sebagian besar dari mereka hidup menggantungkan diri dari kerajinan Batik Kayu.
Menurut bapak Kemiskidi pemilik sanggar Peni, omzet Batik Kayu
perbulan mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah, hal ini jelas
sangat membantu perekonomian masyarakat setempat, karena sebagian besar
pekerja dan pengrajin berasal dari dusun itu sendiri. Sebagian dari
mereka mulai belajar membatik sejak kecil, sehingga kebanyakan dari
masyarakat setempat memilih untuk membatik daripada melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi, karena hasilnya juga sangat bisa membantu
perekonomian.
sumber gambar : www.andreasrio.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar